Jangan lupa untuk mendukung mimin dengan cara Trakteer

Houkago wa, Isekai Kissa de Coffee wo V4 Chapter 1

 

Gadis dan Payung

 

Musim panas selalu terasa singkat. Alasannya adalah adanya liburan musim panas bagi para siswa, dan waktu seakan-akan berlalu begitu saja ketika Kamu menikmati liburan ini.

 Namun, aku tidak memiliki liburan musim panas sekarang. Karena aku harus menjalankan tokoku sendiri untuk mencari nafkah. Bagiku, saat orang-orang di sekitarku ingin beristirahat, saat itulah aku mulai menghasilkan uang.

 Meski begitu, ini masih musim panas yang menyenangkan.  Terperangkap dalam arus turis, aku sangat sibuk sehingga membuat kepalaku menjadi pusing. Di tengah jalan, aku mengubah jam operasional ke larut malam, dan arus pelanggan akhirnya menjadi normal kembali.

 Kekhawatiranku tentang jumlah pelanggan yang akan berkunjung di larut malam pada akhirnya tidak diperlukan.

 Ada orang yang keluar larut malam, dan sebagian besar dari mereka dipenuhi rasa ingin tahu dan hanya sedikit yang merasa ragu-ragu untuk mengunjungi tempat-tempat yang baru. Setelah mengetahui tentang Caféku, ada pelanggan tetap yang datang karena mereka menganggap tempat ini menarik.

 Membuka toko saat larut malam, kemudian menutup toko saat fajar seolah-olah aku sedang melarikan diri dari matahari. Aku kemudian akan membersihkan diri dan pergi tidur, dan itu tidak terlalu sulit setelah aku terbiasa dengan gaya hidup ini. Dan sekarang, aku bisa meluangkan waktu untuk berbelanja di malam hari.

 Jalanan berantakan seperti biasa. Banyak orang berkumpul di sini untuk melihat para *Songstress. Tali warna-warni terhubung di antara gedung-gedung, dengan spanduk bersulam indah tergantung di atasnya. Ada juga dekorasi yang dibuat dengan kertas dan kayu bekas, yang membuatku bertanya-tanya seberapa jauh mereka benar-benar melakukannya.

 

TL/n: mulai dari volume ini, Kata “Penyanyi” akan diubah ke kata “Songstress”

 

 Setiap kali angin bertiup kencang, dekorasi yang memanjang di sepanjang jalan akan bergoyang bersama, dan para turis akan bersorak-sorai karenanya. Di tempat yang lebih tinggi, dekorasi seperti naga akan bergerak mengikuti angin, dan melihat orang-orang yang sedang berdesakan di bawah.

 Dengan banyaknya orang disini, pasti akan terjadi insiden. Seperti pencopet, pencuri, tawuran dan pengganggu, tidak ada akhir dari teriakan seperti itu.

 Aku sama sekali tidak bosan dengan kebisingan ini dan bisa menyaksikannya setiap hari. Energi orang-orang di dunia ini seperti tanpa batas.

 Butuh banyak usaha untuk membeli barang-barang juga. Masuk ke dalam kerumunan, menemukan barang yang aku butuhkan, memanggil pemilik toko, lalu membayar barang dagangan. Ketika aku membeli semua yang aku butuhkan, suaraku menjadi serak dan aku sangat kelelahan.

 Aku bersiap-siap untuk mendorong diriku sendiri dan kembali ke rumah ketika guntur menggelegar. Aku bisa melihat awan gelap di kejauhan di antara bukit-bukit.

 Cuaca berubah dengan cepat di jalanan ini, dan hujan deras yang tiba-tiba seringkali terjadi. Aku sudah terbiasa dengan hal ini, dan mengira akan turun hujan saat awan mendekat.

 Tidak banyak yang bisa aku lakukan bahkan kalau aku tahu bahwa hujan akan turun. Orang-orang di sekelilingku berpikiran sama seperti diriku.

 Untuk menghindari hujan yang akan datang, kerumunan orang mulai bergerak pada saat yang sama, dan membentuk aliran yang suram. Aliran orang bisa meniru kekuatan alam, dan aku hanya bisa mengikutinya, seolah-olah aku terjebak dalam aliran orang yang masuk dan keluar dari kereta api dengan kapasitas penuh. Aku mencoba untuk melawan, tetapi sia-sia karena aku terlalu kecil. Sia-sia saja melawan para beastmen yang perlu aku lihat ke atas untuk melihat wajah mereka.

 Langit tertutup awan tebal dalam sekejap mata, dan aku menyerah.

 Dalam waktu yang aku perlukan untuk beristirahat sejenak, hujan mulai turun dengan deras. Suara guntur, hujan, dan teriakan bercampur menjadi satu.  Tapi hujan tidak mempedulikan semua itu dan membasahi kami semua.

 Aku benar-benar basah kuyup, untungnya aku tidak membeli barang apa pun yang mudah basah. jadi aku tidak terlalu terburu-buru dan mengikuti kerumunan perlahan-lahan.

 Orang-orang di sekitarku juga sudah pasrah, mengobrol dengan santai di tengah hujan atau tawar-menawar dengan pemilik kios.

 “Songstress sudah tiba di kota ini, kan?”

 “Tentu saja, mereka juga mengadakan parade yang begitu meriah.”

 “Sayangnya aku tidak pergi ke sana. Terlalu banyak orang yang pingsan karena terlalu bersemangat dan terluka akibat kerumunan orang yang sangat banyak, jadi aku tidak berani untuk melihatnya.”

 “...Aku tahu. Apakah kamu tahu tentang hotel tempat Songtress menginap? Mereka telah memesan seluruh bangunan, dan penjaga akan menghentikan orang yang tidak berwenang untuk memasukinya.”

 “Jika mereka tidak melakukan itu, para penggemar Songtress akan langsung menyerang.”

 Aku bisa mendengar percakapan seperti itu bercampur dengan hujan.

 Begitu, jadi Songtress sudah tiba di sini. Aku tidur saat siang hari, jadi aku tidak memperhatikan pawainya.

 “Apakah Kamu mendengar tentang Songstress pendatang baru?”

 “Kudengar dia sangat imut.”

 “Aku juga ingin bertemu dengannya. Tapi aku tidak sedang membicarakan hal itu, aku mendengar bahwa Songstress itu tidak bisa menyanyi.”

 “’Seorang Songstress yang tidak bisa menyanyi hanya akan menjadi seorang ‘Putri’. Tapi aku juga ingin menjadi seperti itu.”

 

 TL/n: [Utahime] yang berarti Songstress, terdiri dari kata “Nyanyian” dan “Putri”

 

 “Aku tidak meminta pendapatmu. Aku mendengar selama konser promosi yang diadakan di ibukota, bahwa Songstress tidak akan menyanyi sepanjang waktu.”

 “......Apakah konser ini akan baik-baik saja? Tiketnya sangat mahal. Aku sudah mengantri selama tiga hari hanya untuk mendapatkan tiket berdiri, aku akan menangis kalau aku tidak bisa mendengar lagunya, Kau tahu?”

 Aku mendengarkan percakapan mereka dengan setengah hati saat aku berjalan perlahan-lahan bersama kerumunan orang. Akhirnya aku mencapai gang yang menuju ke Café dan meninggalkan kerumunan. Hanya ada labirin yang terbentang di depan jalan, sehingga kerumunan itu sedikit berkurang.

 Hujan terus turun, dan aku benar-benar basah kuyup.  Jadi, aku tidak perlu terburu-buru saat aku memikirkan masa lalu sambil berjalan.

 Di sekolah dasar, ada suatu masa ketika aku menerjang hujan meskipun aku membawa payung. Pakaian dan tasku benar-benar basah kuyup, dan ibuku mengomeliku tentang hal itu. Namun, entah kenapa basah kuyup oleh hujan membuatku bahagia, dan aku merasakan hal yang sama pada saat ini. Menjadi basah kuyup sesekali tidak terlalu buruk.

 Akhirnya aku bisa melihat tokoku, Aku ingin segera mandi setelah aku kembali dari berbelanja. Aku tidak ingin air hujan mengotori tokoku, jadi aku menuju ke gang tempat pintu belakang berada. Pandanganku menjadi putih dan buram karena hujan.

 —Ada seorang gadis di gang.

 Dia mengenakan gaun putih dan duduk bersandar di dinding. Dia memeluk lututnya untuk membuat dirinya lebih kecil dan melindungi dirinya dari hujan. Dia menatap ke tanah, dan terlihat seperti anak kecil yang tersesat yang tidak tahu ke mana harus pergi.

 Ketika dia mendengar langkah kakiku, gadis itu mengangkat kepalanya. Hujan mengaburkan pandanganku, tetapi aku bisa melihatnya dengan jelas dari jarak sedekat ini. Dia memiliki sayap putih kecil di punggungnya, sepertinya dia berasal dari Suku Burung. Wajah mudanya sehalus boneka, dan dia lebih tanpa ekspresi daripada boneka. Aku bertanya-tanya apakah matanya yang seperti kaca berongga itu benar-benar menyadari kehadiranku.

 “......Erm, kamu baik-baik saja?”

 Aku menanggapi tatapan diamnya. Gadis itu tidak mengatakan apa-apa dan mengalihkan pandangannya kembali ke tanah.  Mungkin dia merasa lebih akrab dengan butiran di tanah dibandingkan dengan diriku. Mau bagaimana lagi, karena ini adalah pertama kalinya kami bertemu.

 Aku menyerah melewati pintu belakang dan kembali ke depan toko. Aku membuka kunci pintu lalu masuk, air segera menetes dari tubuhku ke lantai yang kering. Aku menaruh barang-barang yang aku beli di konter bar dan memasuki gudang lalu mengambil payung dan handuk.

 Aku keluar lagi dengan membawa payung. Suara hujan yang membentur payung terdengar sangat keras. Dengan hati-hati agar handuknya tidak basah, aku berjalan ke gang.  Gadis itu masih duduk di sana, lalu aku berjalan mendekatinya, tetapi dia tidak menoleh ke arahku.

 Aku memindahkan payungku diatas kepalanya. Hujan jatuh mengguyurku, tapi tidak apa-apa karena aku sudah terlanjur basah kuyup. Gadis itu perlahan mendongak, dan aku meletakkan handuk ke rambut putihnya.

 “Kamu akan terkena flu jika kamu basah kuyup seperti ini.”

 “............”

 Pupil emas menatapku dari bawah handuk. Dia terlihat bingung, tetapi tidak mengambil tindakan apa pun. Sedikit cemas, aku berjongkok, memegang payung dengan satu tangan dan mengeringkan rambutnya dengan handuk dengan tangan lainnya.  Kepalanya terayun saat aku mengeringkan rambutnya.

 “A-Apa yang kamu lakukan?”

 Aku bisa mendengar suara samar-samar darinya. Aku berhenti ketika mendengar suaranya yang jelas. Suara itu sejuk seperti udara yang menggantung di jalanan sebelum fajar.

 “Bagus, kamu akhirnya berbicara.”

 Aku mengeringkan rambutnya dan berusaha menyembunyikan fakta bahwa aku terpesona oleh suaranya. Kepala gadis itu terayun-ayun saat dia membuat suara seperti “Uwah, ughh.”

 “Ini adalah tokoku, jadi aku akan merasa terganggu jika ada seseorang yang duduk di luar ketika sedang hujan.”

 “Uwah.”

 Ketika aku mulai menyeka wajahnya, gadis itu meraih pergelangan tanganku. Genggamannya lemah, tetapi aku tetap berhenti.

 “A-aku akan melakukannya sendiri.”

 “Baiklah, kalau begitu aku akan memegang payungnya.”

 Aku melepaskannya, dan dia perlahan-lahan menyeka wajahnya, dan menyisir rambutnya yang berantakan. Dia kemudian menatapku dengan cemberut.

 “......Sudah selesai.”

 Dia berkata dan mendorong tanganku yang sedang memegang payung, “Kamu juga basah kuyup.”

 “Terima kasih atas perhatianmu, tetapi aku sudah terlanjur basah kuyup ketika aku datang ke sini.”

 “Aku juga.”

 “Wajah dan rambutmu sudah kering karena handuk.”

 Gadis itu memegang poninya dan menatapku dengan wajah yang serius.

 “......Itu karena Nii-san, kamu asal mengeringkannya tanpa memberitahuku terlebih dahulu.”

 “Aku memegang payung untukmu atas kemauanku sendiri.”

 Gadis itu sedikit mengerutkan alisnya saat dia melihat wajahku.

 “Aku tidak bisa membalasmu. Bahkan jika kamu melakukan itu untukku, aku tidak punya apa-apa untuk membalasmu.”

 “Tidak apa-apa, jangan pedulikan itu.”

 Mau tak mau aku tersenyum melihat karakter jujurnya.

 “......Apakah ada yang lucu?”

 “Tidak ada. Jadi, apakah Kamu akan terus duduk di sini? Kamu bisa menghindari hujan jika Kamu masuk ke dalam.”

 Aku menunjuk ke toko, dan gadis itu menatapku dengan wajah curiga.

 “Toko macam apa itu?”

 “Sebuah Café.”

 “......?”

 Dia menatapku dengan semakin curiga.

 “Ini adalah toko yang nyaman di mana Kamu dapat menghabiskan waktu dengan santai sambil menikmati minuman dan makanan. Aku merekomendasikan minuman Kopi, Aku yakin Kamu pasti akan menyukainya.”

 “......Tidak, terimakasih”

 Gadis itu berdiri, dan aku mengikutinya. Aku pendek untuk ukuran seorang pria, tapi dia masih lebih pendek dariku. Dia berusia sekitar dua belas atau tiga belas tahun.

 “Terima kasih untuk ini. Aku akan pulang.”

 Dia melipat handuk dan memberikannya kepadaku. Aku mengambil handuk itu dan menaruhnya di kepala gadis itu lagi. Sementara dia bingung dengan hal itu, aku mendorong payungku ke arahnya. Orang-orang secara alami akan menerima hal-hal yang tiba-tiba didorong di hadapan mereka.

 “Ambillah. Hujan akan berlanjut untuk sementara waktu.”

 “......Ini akan merepotkanmu.”

 Gadis dengan handuk di kepalanya dan payung di tangannya menatapku dengan alis berkerut. Suaranya terdengar sangat gelisah, dan aku tersenyum:

 “Aku memberimu payung dan handuk itu. Jangan lupakan mereka saat hujan turun nanti.”

 Aku kembali masuk ke dalam toko setelah mengatakan itu. Gadis itu tidak mengatakan apa pun.

 Aku mandi dengan air panas setelah kembali ke toko. Musim panas sudah berakhir, jadi aku akan terkena flu jika aku tetap basah kuyup. Aku berharap gadis itu tidak akan jatuh sakit.

 Setelah berganti pakaian, aku mengelap lantai dan konter toko.  Melihat keluar, hujan masih turun. Aku mengintip ke arah gang dan gadis itu sudah pergi. Payung dan handuknya hilang, dia pasti telah membawanya. Merasa sedikit lega, aku mulai membuka barang-barang yang tadi aku beli.




Ilustrasi Volume 4|HOME|BAB Selanjutnya

Selalu di sisimu

Posting Komentar

© ShinichiTranslation. All rights reserved. Premium By Raushan Design