Gadis dan Payung
Musim panas selalu terasa singkat. Alasannya adalah adanya
liburan musim panas bagi para siswa, dan waktu seakan-akan berlalu begitu saja
ketika Kamu menikmati liburan ini.
Namun, aku tidak
memiliki liburan musim panas sekarang. Karena aku harus menjalankan tokoku
sendiri untuk mencari nafkah. Bagiku, saat orang-orang di sekitarku ingin
beristirahat, saat itulah aku mulai menghasilkan uang.
Meski begitu, ini
masih musim panas yang menyenangkan.
Terperangkap dalam arus turis, aku sangat sibuk sehingga membuat kepalaku
menjadi pusing. Di tengah jalan, aku mengubah jam operasional ke larut malam, dan
arus pelanggan akhirnya menjadi normal kembali.
Kekhawatiranku
tentang jumlah pelanggan yang akan berkunjung di larut malam pada akhirnya
tidak diperlukan.
Ada orang yang keluar
larut malam, dan sebagian besar dari mereka dipenuhi rasa ingin tahu dan hanya
sedikit yang merasa ragu-ragu untuk mengunjungi tempat-tempat yang baru. Setelah
mengetahui tentang Caféku, ada pelanggan tetap yang datang karena mereka
menganggap tempat ini menarik.
Membuka toko saat
larut malam, kemudian menutup toko saat fajar seolah-olah aku sedang melarikan
diri dari matahari. Aku kemudian akan membersihkan diri dan pergi tidur, dan
itu tidak terlalu sulit setelah aku terbiasa dengan gaya hidup ini. Dan
sekarang, aku bisa meluangkan waktu untuk berbelanja di malam hari.
Jalanan berantakan
seperti biasa. Banyak orang berkumpul di sini untuk melihat para *Songstress. Tali
warna-warni terhubung di antara gedung-gedung, dengan spanduk bersulam indah
tergantung di atasnya. Ada juga dekorasi yang dibuat dengan kertas dan kayu
bekas, yang membuatku bertanya-tanya seberapa jauh mereka benar-benar
melakukannya.
TL/n: mulai dari volume ini, Kata “Penyanyi” akan diubah
ke kata “Songstress”
Setiap kali angin
bertiup kencang, dekorasi yang memanjang di sepanjang jalan akan bergoyang
bersama, dan para turis akan bersorak-sorai karenanya. Di tempat yang lebih
tinggi, dekorasi seperti naga akan bergerak mengikuti angin, dan melihat
orang-orang yang sedang berdesakan di bawah.
Dengan banyaknya
orang disini, pasti akan terjadi insiden. Seperti pencopet, pencuri, tawuran
dan pengganggu, tidak ada akhir dari teriakan seperti itu.
Aku sama sekali tidak
bosan dengan kebisingan ini dan bisa menyaksikannya setiap hari. Energi
orang-orang di dunia ini seperti tanpa batas.
Butuh banyak usaha
untuk membeli barang-barang juga. Masuk ke dalam kerumunan, menemukan barang
yang aku butuhkan, memanggil pemilik toko, lalu membayar barang dagangan. Ketika aku
membeli semua yang aku butuhkan, suaraku menjadi serak dan aku sangat
kelelahan.
Aku bersiap-siap
untuk mendorong diriku sendiri dan kembali ke rumah ketika guntur menggelegar.
Aku bisa melihat awan gelap di kejauhan di antara bukit-bukit.
Cuaca berubah dengan
cepat di jalanan ini, dan hujan deras yang tiba-tiba seringkali terjadi. Aku
sudah terbiasa dengan hal ini, dan mengira akan turun hujan saat awan mendekat.
Tidak banyak yang
bisa aku lakukan bahkan kalau aku tahu bahwa hujan akan turun. Orang-orang di
sekelilingku berpikiran sama seperti diriku.
Untuk menghindari
hujan yang akan datang, kerumunan orang mulai bergerak pada saat yang sama, dan
membentuk aliran yang suram. Aliran orang bisa meniru kekuatan alam, dan aku
hanya bisa mengikutinya, seolah-olah aku terjebak dalam aliran orang yang masuk
dan keluar dari kereta api dengan kapasitas penuh. Aku mencoba untuk melawan,
tetapi sia-sia karena aku terlalu kecil. Sia-sia saja melawan para beastmen
yang perlu aku lihat ke atas untuk melihat wajah mereka.
Langit tertutup awan
tebal dalam sekejap mata, dan aku menyerah.
Dalam waktu yang aku
perlukan untuk beristirahat sejenak, hujan mulai turun dengan deras. Suara
guntur, hujan, dan teriakan bercampur menjadi satu. Tapi hujan tidak mempedulikan semua itu dan
membasahi kami semua.
Aku benar-benar basah
kuyup, untungnya aku tidak membeli barang apa pun yang mudah basah. jadi aku
tidak terlalu terburu-buru dan mengikuti kerumunan perlahan-lahan.
Orang-orang di sekitarku
juga sudah pasrah, mengobrol dengan santai di tengah hujan atau tawar-menawar
dengan pemilik kios.
“Songstress sudah tiba
di kota ini, kan?”
“Tentu saja, mereka juga mengadakan parade yang begitu meriah.”
“Sayangnya aku tidak
pergi ke sana. Terlalu banyak orang yang pingsan karena terlalu bersemangat dan
terluka akibat kerumunan orang yang sangat banyak, jadi aku tidak berani untuk melihatnya.”
“...Aku tahu. Apakah
kamu tahu tentang hotel tempat Songtress menginap? Mereka telah memesan seluruh
bangunan, dan penjaga akan menghentikan orang yang tidak berwenang untuk memasukinya.”
“Jika mereka tidak
melakukan itu, para penggemar Songtress akan langsung menyerang.”
Aku bisa mendengar
percakapan seperti itu bercampur dengan hujan.
Begitu, jadi
Songtress sudah tiba di sini. Aku tidur saat siang hari, jadi aku tidak
memperhatikan pawainya.
“Apakah Kamu
mendengar tentang Songstress pendatang baru?”
“Kudengar dia sangat
imut.”
“Aku juga ingin
bertemu dengannya. Tapi aku tidak sedang membicarakan hal itu, aku mendengar
bahwa Songstress itu tidak bisa menyanyi.”
“’Seorang Songstress
yang tidak bisa menyanyi hanya akan menjadi seorang ‘Putri’. Tapi aku juga ingin menjadi seperti itu.”
TL/n: [Utahime] yang berarti
Songstress, terdiri dari kata “Nyanyian” dan “Putri”
“Aku tidak meminta
pendapatmu. Aku mendengar selama konser promosi yang diadakan di ibukota, bahwa
Songstress tidak akan menyanyi sepanjang waktu.”
“......Apakah konser
ini akan baik-baik saja? Tiketnya sangat mahal. Aku sudah mengantri selama tiga
hari hanya untuk mendapatkan tiket berdiri, aku akan menangis kalau aku tidak
bisa mendengar lagunya, Kau tahu?”
Aku mendengarkan
percakapan mereka dengan setengah hati saat aku berjalan perlahan-lahan bersama
kerumunan orang. Akhirnya aku mencapai gang yang menuju ke Café dan
meninggalkan kerumunan. Hanya ada labirin yang terbentang di depan jalan,
sehingga kerumunan itu sedikit berkurang.
Hujan terus turun,
dan aku benar-benar basah kuyup. Jadi,
aku tidak perlu terburu-buru saat aku memikirkan masa lalu sambil berjalan.
Di sekolah dasar, ada
suatu masa ketika aku menerjang hujan meskipun aku membawa payung. Pakaian dan
tasku benar-benar basah kuyup, dan ibuku mengomeliku tentang hal itu. Namun, entah kenapa basah kuyup oleh hujan membuatku bahagia, dan aku
merasakan hal yang sama pada saat ini. Menjadi basah kuyup sesekali tidak
terlalu buruk.
Akhirnya aku bisa
melihat tokoku, Aku ingin segera mandi setelah aku kembali dari berbelanja. Aku
tidak ingin air hujan mengotori tokoku, jadi aku menuju ke gang tempat pintu
belakang berada. Pandanganku menjadi putih dan buram karena hujan.
—Ada seorang gadis di
gang.
Dia mengenakan gaun
putih dan duduk bersandar di dinding. Dia memeluk lututnya untuk membuat
dirinya lebih kecil dan melindungi dirinya dari hujan. Dia menatap ke tanah,
dan terlihat seperti anak kecil yang tersesat yang tidak tahu ke mana harus
pergi.
Ketika dia mendengar
langkah kakiku, gadis itu mengangkat kepalanya. Hujan mengaburkan pandanganku, tetapi
aku bisa melihatnya dengan jelas dari jarak sedekat ini. Dia memiliki sayap
putih kecil di punggungnya, sepertinya dia berasal dari Suku Burung. Wajah
mudanya sehalus boneka, dan dia lebih tanpa ekspresi daripada boneka. Aku
bertanya-tanya apakah matanya yang seperti kaca berongga itu benar-benar menyadari
kehadiranku.
“......Erm, kamu
baik-baik saja?”
Aku menanggapi tatapan
diamnya. Gadis itu tidak mengatakan apa-apa dan mengalihkan pandangannya
kembali ke tanah. Mungkin dia merasa
lebih akrab dengan butiran di tanah dibandingkan dengan diriku. Mau bagaimana
lagi, karena ini adalah pertama kalinya kami bertemu.
Aku menyerah melewati
pintu belakang dan kembali ke depan toko. Aku membuka kunci pintu lalu masuk,
air segera menetes dari tubuhku ke lantai yang kering. Aku menaruh
barang-barang yang aku beli di konter bar dan memasuki gudang lalu mengambil
payung dan handuk.
Aku keluar lagi
dengan membawa payung. Suara hujan yang membentur payung terdengar sangat keras.
Dengan hati-hati agar handuknya tidak basah, aku berjalan ke gang. Gadis itu masih duduk di sana, lalu aku
berjalan mendekatinya, tetapi dia tidak menoleh ke arahku.
Aku memindahkan payungku
diatas kepalanya. Hujan jatuh mengguyurku, tapi tidak apa-apa karena aku sudah terlanjur
basah kuyup. Gadis itu perlahan mendongak, dan aku meletakkan handuk ke rambut
putihnya.
“Kamu akan terkena flu jika kamu basah kuyup seperti ini.”
“............”
Pupil emas menatapku
dari bawah handuk. Dia terlihat bingung, tetapi tidak mengambil tindakan apa
pun. Sedikit cemas, aku berjongkok, memegang payung dengan satu tangan dan
mengeringkan rambutnya dengan handuk dengan tangan lainnya. Kepalanya terayun saat aku mengeringkan
rambutnya.
“A-Apa yang kamu
lakukan?”
Aku bisa mendengar
suara samar-samar darinya. Aku berhenti ketika mendengar suaranya yang jelas.
Suara itu sejuk seperti udara yang menggantung di jalanan sebelum fajar.
“Bagus, kamu akhirnya
berbicara.”
Aku mengeringkan
rambutnya dan berusaha menyembunyikan fakta bahwa aku terpesona oleh suaranya.
Kepala gadis itu terayun-ayun saat dia membuat suara seperti “Uwah, ughh.”
“Ini adalah tokoku,
jadi aku akan merasa terganggu jika ada seseorang yang duduk di luar ketika sedang
hujan.”
“Uwah.”
Ketika aku mulai
menyeka wajahnya, gadis itu meraih pergelangan tanganku. Genggamannya lemah, tetapi
aku tetap berhenti.
“A-aku akan melakukannya
sendiri.”
“Baiklah, kalau
begitu aku akan memegang payungnya.”
Aku melepaskannya, dan
dia perlahan-lahan menyeka wajahnya, dan menyisir rambutnya yang berantakan.
Dia kemudian menatapku dengan cemberut.
“......Sudah
selesai.”
Dia berkata dan
mendorong tanganku yang sedang memegang payung, “Kamu juga basah kuyup.”
“Terima kasih atas
perhatianmu, tetapi aku sudah terlanjur basah kuyup ketika aku datang ke sini.”
“Aku juga.”
“Wajah dan rambutmu sudah
kering karena handuk.”
Gadis itu memegang
poninya dan menatapku dengan wajah yang serius.
“......Itu karena Nii-san,
kamu asal mengeringkannya tanpa memberitahuku terlebih dahulu.”
“Aku memegang
payung untukmu atas kemauanku sendiri.”
Gadis itu sedikit
mengerutkan alisnya saat dia melihat wajahku.
“Aku tidak bisa
membalasmu. Bahkan jika kamu melakukan itu untukku, aku tidak punya apa-apa
untuk membalasmu.”
“Tidak apa-apa,
jangan pedulikan itu.”
Mau tak mau aku
tersenyum melihat karakter jujurnya.
“......Apakah ada
yang lucu?”
“Tidak ada. Jadi,
apakah Kamu akan terus duduk di sini? Kamu bisa menghindari hujan jika Kamu
masuk ke dalam.”
Aku menunjuk ke toko, dan gadis itu menatapku dengan wajah curiga.
“Toko macam apa itu?”
“Sebuah Café.”
“......?”
Dia menatapku dengan
semakin curiga.
“Ini adalah toko yang
nyaman di mana Kamu dapat menghabiskan waktu dengan santai sambil menikmati
minuman dan makanan. Aku merekomendasikan minuman Kopi, Aku yakin Kamu pasti akan
menyukainya.”
“......Tidak,
terimakasih”
Gadis itu berdiri,
dan aku mengikutinya. Aku pendek untuk ukuran seorang pria, tapi dia masih
lebih pendek dariku. Dia berusia sekitar dua belas atau tiga belas tahun.
“Terima kasih untuk
ini. Aku akan pulang.”
Dia melipat handuk
dan memberikannya kepadaku. Aku mengambil handuk itu dan menaruhnya di kepala
gadis itu lagi. Sementara dia bingung dengan hal itu, aku mendorong payungku ke
arahnya. Orang-orang secara alami akan menerima hal-hal yang tiba-tiba didorong
di hadapan mereka.
“Ambillah. Hujan akan
berlanjut untuk sementara waktu.”
“......Ini akan
merepotkanmu.”
Gadis dengan handuk
di kepalanya dan payung di tangannya menatapku dengan alis berkerut. Suaranya
terdengar sangat gelisah, dan aku tersenyum:
“Aku memberimu payung
dan handuk itu. Jangan lupakan mereka saat hujan turun nanti.”
Aku kembali masuk ke
dalam toko setelah mengatakan itu. Gadis itu tidak mengatakan apa pun.
Aku mandi dengan air
panas setelah kembali ke toko. Musim panas sudah berakhir, jadi aku akan
terkena flu jika aku tetap basah kuyup. Aku berharap gadis itu tidak akan jatuh
sakit.
Setelah berganti pakaian, aku mengelap lantai dan konter toko. Melihat keluar, hujan masih turun. Aku mengintip ke arah gang dan gadis itu sudah pergi. Payung dan handuknya hilang, dia pasti telah membawanya. Merasa sedikit lega, aku mulai membuka barang-barang yang tadi aku beli.
Ilustrasi Volume 4|HOME|BAB Selanjutnya

.full.2394020.jpg)